Selasa, 04 Maret 2014

Kisah dari perjalanan religi Salman Al-Jugjawy



Semakin kita mengenal mahluk
Semakin kita mengenal Allah.
Semakin kita mengenal Allah
Semakin kita tahu kesempurnaanNya.
Dan siapa saja yang semakin tahu kesempurnaan Allah
Ia akan tenang dan bahagia.

“Dulu saya tak tahu di mana harus bersandar bila ada masalah, saya juga tak tahu apa sebenanrnya tujuan hidup ini. Tapi setelah mengenal Allah, kita sadar bahwa Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang semua mahluk. Maha penjawab setiap doa, kita jadi tahu bahwa Dia-lah tempat bersandar yang paling tepat.”

Dalam hidup, menurutnya manusia mengejar rasa. Ketika seseorang ingin punya mobil, kemudian mendapatkannya, ia pun ingin merasakan merk mobil yang lain. Begitu pula dalam hal-hal yang lain. Tapi jika rasa itu diarahkan sepenuhnya kepada Allah SWT , maka ketenangan dan kejernihanlah yang diraihnya. 

“itu kata teman saya, ibarat antena bagi televisi, bila kita benar mengarahkan antena ke satelit, maka siaran akan jernih dan sebaliknya, jika arahnya tak benar maka gambar akan buram. Seperti itu juga kita, apapun kegiatan kita, jika itu sepenuhnya mengarah kepada Allah maka hati kita akan jernih dan jika sudah berpaling maka hati akan menjadi kotor.”

Ketenangan itu adalah fitrah yang dicari semua orang di dunia. Tak ada jalan lain meraih itu selain mendekatkan diri kepada Allah, karena Dia-lah sumber kebahagiaan. Dan pendekatan itu harus dibuktikan dengan amal, harus dicicipi oleh pribadi-pribadi yang memang menginginkan itu. 

“selalu akan ada ujian dan friksi, tapi bagi saya itu adalah jalan agar saya selami istiqomah. Ini barangkali sudah takdir. Jika dulu saya sering pegang gitar, sekarang jadi sering pegang tasbih.”

Nara sumber:  Salman Al Jogjawi / Shakti Ari Seno