Sabtu, 02 Februari 2013

Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kezhaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini, darah ini sepenuh ridho Illahi... (Tekad-SoHar)

Tawakal itu, Ibadah Hati
‘Cukuplah Allah’

“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’.” (Ali Imran : 26)

Setelah ini, akankah semua kita sandarkan kepada selainNya? Sungguh, tidak ada daya upaya selain pertolongan dariNya. Allah tidak akan pernah menelantarkan kita dalam kejelekan, kesedihan, kedukaan atau pun keperihan. Ia tidak akan menghalangi kenikmatan atau kebahagiaan dari kita. Bila Ia menghalangi, maka itu tak lain agar kita memikirkan hikmahnya. Bahwa Allah membuka jalan kebahagiaan, kesejahteraan  dengan menutup jalan kebahagiaan yang lain, atau untuk menguji dan mengampuni kita. Hingga kita keluar dari dunia sebagai penghuni surga. 

“Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah’." (Al Anbiya: 42)

Siapakah yang menjaga kita setiap hari, bahkan bahkan disaat kita asyik bermaksiat? Siapakah yang menjaga kita saat terbaring di ranjang? Bapak kita, Ibu kita atau kunci rumah kita ataukah Allah? 

Nabi saw. bersabda:

“Sesungguhnya salah seorang kalian diciptakan diperut ibunya empat puluh hari berupa air mani, lalu ia akan menjadi segumpal darah (dalam waktu) seperti itu, lalu ia akan menjadi segumpal daging (dalam waktu) seperti itu. Lalu akan diutus padanya malaikat, maka akan ditiupkan ruh padanya, dan diperintah dengan empat kata: dengan menetapkan rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat-ayat ini telah mengingatkan kita, menyadarkan kita bahwa yang mengatur dan menolong kita, tak lain hanyalah Allah. Maka bertawakallah kepada Allah.

Singkatnya, tawakal adalah ibadah hati yang tidak terkait dengan anggota badan. Kita menyempurnakan sebab, belajar giat sampai berhasil sukses, bekerja keras sepanjang hari, tetapi hati kita yakin bahwa tiada seorang pun yang mampu memberikan pekerjaan, mendatangkan jodoh, menggembirakan kita kecuali Allah swt.
Allahlah yang memberikan semua itu!

“cukuplah bagiku Allah, sebaik-baik tempat bersandar.” Bertawakallah pada-Nya, lalu ambilah segala sarana dan ikhtiar dengan anggota badan kita, dan biarkan apa yang Al-Wakil lakukan, apakah Dia akan menelantarkan atau akan menolong kita!
Allah berfirman:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar...” 
 (Ath Thalaq: 2)

“... Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...” (Ath Thalaq: 3)

Setiap yang hidup pasti pernah memiliki masalah. Maka setiap problematika kita, hati kita, belajar kita, kesedihan kita, bersandarlah pada Allah. Maka dari itu, jika Nabi merasa berat terhadap sesuatu selalu berdoa,

Wahai Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengatur, dengan kasih sayang-Mu, aku minta bantuan...” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasai).

Allah berfirman,

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung’." (At-Taubah:129).

“(Dia-lah) Tuhan timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.” (Al-Muzammil: 9)

Marilah kita “lemparkan” semua kesedihan kita pada Allah. Kita serahkan semua urusan pada Allah. Kita menandatangani kontrak perwakilan seperti anak yang lemah. Ketika anak kecil yang lemah melakukan kesalahan, ia mengerti kalau ia akan disakiti, atau merasa tetangganya akan menyakitinya. Maka ia akan merunduk pada bapaknya seraya berkata, “lakukan padaku apa saja, lihatlah aku.”

Serahkan diri kita, hati kita kepada Allah, seperti penyerahan anak kecil itu pada kedua orang tuanya. Anak itu yakin kalau bapaknya hanya akan melakukan kebaikan padanya. Adakah seorang Ayahyang menelantarkan anaknya sesuai kehendaknya sendiri? Lalu apa pendapat kita dengan Yang Paling Mengetahui keghaiban, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana? Akankah Allah tega menelantarkan kita?

Serahkanlah semua urusan kita pada Allah!

Sumber: Hati Sebening Mata Air - Amru Khalid 


***


Menapaki langkah langkah berduri
Menyusuri rawa lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing curam
Semua dilalui demi perjuangan

Letih tubuh di dalam perjalanan
Saat hujan dan badai merasuki badan
Namun jiwa harus terus bertahan
Karena perjalanan masih panjang

Kami adalah tentara Allah
Siap melangkah menuju ke medan juang
Walau tertatih kaki ini berjalan
Jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan

Wahai tentara Allah bertahanlah
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar Syuhada
Tetaplah bertahan dan bersiap siagalah

“Bertahan, Bersabar, dan Bersiap-siagalah”

Katibung, 22 Rabiul Awal 1434 H


Bertahan, Bersabar, dan Bersiap siagalah



Kehidupan bagiku adalah sebuah metamorfase. Proses yang didalamnya wajib ada tawa dan airmata. Karena tanpa duka kita tidak akan pernah mengerti apa itu suka. Dan bagiku, dapat membuat orang lain tersenyum dan bahagia adalah merupakan anugerah terindah. Kebahagian mereka adalah kebahagianku. Dapat berbagi senyum serta tawa dengan orang-orang yang mengenalku atau tidak, itulah kebahagiaan. Meski terkadang lara masih sering singgah, namun kuanggap setiap tawa mereka adalah tabungan bahagiaku kelak.

Jika bukan hari ini, mungkin esok. Jika bukan esok, mungkin lusa. Atau nanti, satu bulan lagi, satu tahun lagi, dan aku tak akan pernah tahu anugerah itu akan hadir menyapaku. Yang aku tahu “bertahan lakukan yang terbaik, bersabar dengan kedukaan yang singgah, dan bersiap menyambut kemenangan yang akan datang.”
Bagiku kehidupan itu permainan. Semua ada aturannya. Santai, tapi tetap pada koridor yang telah ditetapkan. Kebaikan berbuah kebaikan, keburukan berbuah keburukan. Hukum ini pasti. Karena yang punya kehidupan telah menetapkan. Jadi, jika kehidupan itu permainan, maka kau, aku, kita harus mengerti peraturan dari permainan ini agar jadi pemenangnya. Cari jalan agar tak jadi pecundang, tak lari dari permainan. Setiap kita, bisa jadi pemenang.

Yups, kembali lagi tentang berbagi bahagia. Indah... banget, kalo aku bisa buat orang-orang disekelilingku jadi seneng dengan setiap yang aku lakukan. Makanya aku hati-hati banget kalo berteman. Jangan sampai deh temenku sendiri jadi sakit hati dengan sikapku. Hal itu merupakan kedukaan mendalam.

Aku sering bagi-bagi hadiah kecil dengan teman-temanku. Meski hanya sebatang pensil. Dan aku bisa lihat setiap yang menerima tersenyum bahagia. Atau sebuah buku yang tak baru lagi. Rumusnya adalah ikhlas dalam memberi. Maka kebahagian teman kita akan menjadi kebahagian kita juga.
Ya Rabb, aku amat bersyukur dengan segalanya. Setiap senyum, setiap derai, setiap peluh, setiap luka... aku mensyukurinya sebagai nikmat dariMu.

Dan hari ini aku mendapatkan kedua rasa itu, perih juga bahagia. Perih karena ada seseorang yang kukenal dengan sepihak terluka. Bahagia karena bisa saling memberi dan membantu. Bersilaturrahim dengan teman lama yang dulunya tak sengaja kenal. Bertemu dengan murid-murid Umi Uul yang sedang asyik menggambar dan hafalan. Dan dari Umi Uul aku mendapatkan sebuah pencerahan, bahwa hidup itu tempat ujian. Semakin kita mengenalNya dan terus berusaha mengenalkanNya pada yang lain, maka semakin ganas para tentara syaitan menusuk kita. Iblis akan mengerahkan pasukannya secara besar-besaran untuk melumpuhkan kita. Mengeluarkan kita dari lingkaranNya. Membuat kita lemah dan akhirnya menyerah.

Maka; Bertahan, Bersabar dan Bersiap siagalah...

Katibung, 20 Rabiul Awal 1434 H


Ada yang melukainya



Aku tahu, kamu tahu
semua tahu
hati ini juga tahu.

Tuhan..
Aku menyayanginya
dan dia terluka
Aku pun jadi luka.

Ada yang melukainya,
dan aku tak tahu siapa.
Jagalah ia Tuhan,
tenangkan ia akan negeri keabadian.

Aku ingin bagikan hadiah ini,
keyakinan dan kepercayaan hati
untuknya agar bahagia
bahwa aku percaya.

Tuhan,
kumohon dunia tersenyum tegar untuknya
kumohon aliran darahnya terus bergemuruh meyakinkannya
bahwa KAU selalu bersama
dalam suka, dalam duka.

Katibung, 20 Rabiul Awwal 1434 H (ada yang perih)