Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kezhaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini, darah ini sepenuh ridho Illahi... (Tekad-SoHar)
Aral menghadang dan kezhaliman yang akan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini, darah ini sepenuh ridho Illahi... (Tekad-SoHar)
Tawakal
itu, Ibadah Hati
‘Cukuplah
Allah’
“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu’.” (Ali Imran
: 26)
Setelah ini, akankah semua kita sandarkan
kepada selainNya? Sungguh, tidak ada daya upaya selain pertolongan dariNya.
Allah tidak akan pernah menelantarkan kita dalam kejelekan, kesedihan, kedukaan
atau pun keperihan. Ia tidak akan menghalangi kenikmatan atau kebahagiaan dari
kita. Bila Ia menghalangi, maka itu tak lain agar kita memikirkan hikmahnya.
Bahwa Allah membuka jalan kebahagiaan, kesejahteraan dengan menutup jalan kebahagiaan yang lain,
atau untuk menguji dan mengampuni kita. Hingga kita keluar dari dunia sebagai
penghuni surga.
“Katakanlah,
‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain
(Allah) Yang Maha Pemurah’." (Al Anbiya: 42)
Siapakah yang menjaga kita setiap hari,
bahkan bahkan disaat kita asyik bermaksiat? Siapakah yang menjaga kita saat
terbaring di ranjang? Bapak kita, Ibu kita atau kunci rumah kita ataukah Allah?
Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya
salah seorang kalian diciptakan diperut ibunya empat puluh hari berupa air
mani, lalu ia akan menjadi segumpal darah (dalam waktu) seperti itu, lalu ia
akan menjadi segumpal daging (dalam waktu) seperti itu. Lalu akan diutus
padanya malaikat, maka akan ditiupkan ruh padanya, dan diperintah dengan empat
kata: dengan menetapkan rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ayat-ayat ini telah mengingatkan kita,
menyadarkan kita bahwa yang mengatur dan menolong kita, tak lain hanyalah
Allah. Maka bertawakallah kepada Allah.
Singkatnya, tawakal adalah ibadah hati yang
tidak terkait dengan anggota badan. Kita menyempurnakan sebab, belajar giat
sampai berhasil sukses, bekerja keras sepanjang hari, tetapi hati kita yakin
bahwa tiada seorang pun yang mampu memberikan pekerjaan, mendatangkan jodoh,
menggembirakan kita kecuali Allah swt.
Allahlah yang memberikan semua itu!
“cukuplah bagiku Allah, sebaik-baik tempat
bersandar.” Bertawakallah pada-Nya, lalu ambilah segala sarana dan ikhtiar
dengan anggota badan kita, dan biarkan apa yang Al-Wakil lakukan, apakah
Dia akan menelantarkan atau akan menolong kita!
Allah berfirman:
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar...”
(Ath Thalaq:
2)
“... Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...” (Ath
Thalaq: 3)
Setiap yang hidup pasti pernah memiliki
masalah. Maka setiap problematika kita, hati kita, belajar kita, kesedihan
kita, bersandarlah pada Allah. Maka dari itu, jika Nabi merasa berat terhadap
sesuatu selalu berdoa,
“Wahai
Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengatur, dengan kasih sayang-Mu, aku minta
bantuan...” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasai).
Allah berfirman,
“Jika mereka
berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki 'Arsy yang agung’." (At-Taubah:129).
“(Dia-lah)
Tuhan timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka
ambillah Dia sebagai Pelindung.” (Al-Muzammil: 9)
Marilah kita “lemparkan” semua kesedihan kita
pada Allah. Kita serahkan semua urusan pada Allah. Kita menandatangani kontrak
perwakilan seperti anak yang lemah. Ketika anak kecil yang lemah melakukan
kesalahan, ia mengerti kalau ia akan disakiti, atau merasa tetangganya akan
menyakitinya. Maka ia akan merunduk pada bapaknya seraya berkata, “lakukan
padaku apa saja, lihatlah aku.”
Serahkan diri kita, hati kita kepada Allah,
seperti penyerahan anak kecil itu pada kedua orang tuanya. Anak itu yakin kalau
bapaknya hanya akan melakukan kebaikan padanya. Adakah seorang Ayahyang
menelantarkan anaknya sesuai kehendaknya sendiri? Lalu apa pendapat kita dengan
Yang Paling Mengetahui keghaiban, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana?
Akankah Allah tega menelantarkan kita?
Serahkanlah semua urusan kita pada Allah!
Sumber: Hati Sebening Mata Air -
Amru Khalid
***
Menapaki langkah langkah berduri
Menyusuri rawa lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing curam
Semua dilalui demi perjuangan
Letih tubuh di dalam perjalanan
Saat hujan dan badai merasuki badan
Namun jiwa harus terus bertahan
Karena perjalanan masih panjang
Kami adalah tentara Allah
Siap melangkah menuju ke medan juang
Walau tertatih kaki ini berjalan
Jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
Wahai tentara Allah bertahanlah
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar Syuhada
Tetaplah
bertahan dan bersiap siagalah
“Bertahan,
Bersabar, dan Bersiap-siagalah”
Katibung, 22 Rabiul Awal 1434 H