Ketika semua tanya hampir kujawab. Kau muncul sebagai salah
satu jawab yang aku menantinya. Entah, tak pernah terpikir akan sebahagia ini. Mengenalmu
meski hanya sebatas cerita dan tawa yang melekat disetiap gambar yang kita
sajikan. Menjadikan pertemuan ini semacam simbolsimbol persaudaraan. Cinta itu
telah terukir dalam sekali. Meski waktu baru saja pertemukan dan mengikatkan
rasa sayang diantara kita. Kau, menjelma cahaya dalam waktu yang hampir menggelapkan
segala sinar yang kupunya. Sinar kehidupan yang seharusnya selalu ada dalam
detak yang bercerita. Dan kau adalah salah satu sinar yang menjadikanku semakin
tegar dan tenang.
Telah kukatakan sejak pertama Allah perkenalkan kita; bahwa
aku belum seperti apa yang terlihat dalam pandangmu. Bahwa aku masih seperti
yang kukatakan padamu. Aku belum benarbenar meyakini akan mampu sepertimu. Yang
telah lama, yang telah terbiasa, yang telah begitu kuat. Aku belum tahu apakah
diri ini akan mampu disini. Karena kau disana telah begitu ramah dan baik. Aku rindu.
Kau begitu baik. Kau begitu sangat menghormatiku. Meski aku
amat tidak pandai menyayangimu. Menyenangkanmu dalam setiap sapa yang kau
suguhkan padaku. Aku selalu mengecewakan kala kau ingin berbahagia, bercerita
atau sekedar tersenyum kepadaku. Dan itu kita lakukan dalam simbol kasih sayang
yang semoga selalu karenaNya.
Wahai sholehah… semoga kau selalu bercahaya. Seperti mimpiku
yang belum mampu kuterjemahkan dalam diri. Belum mampu kelekatkan selalu dalam
wajah yang kerap sendu mengingatmu. Aku begitu bahagia ketika kau bercerita
tentang peristiwa. Tentang leluconmu dan pujianmu yang selalu membuat
kuterharu. Dan doamu yang begitu membahagiakanku. Semoga aku dapat sedikit
menjadi bahagiamu.
Jadilah yang selalu menyenandungkan kebaikan. Semoga kelak
kita dapat bersua. Berbagi nyata dalam langkah kakikaki kita ditanah ukhuwah
yang akan selalu menetaskan rindu. Rindu menyenandungkan bahagia atas anugerah
terindah. Atas rasa cinta yang terlahir karenaNya. Atas rasa percaya yang hadir
dihatihati kita. Adikku yang Allah lahirkanmu dari takdir udara. Semoga kelak
kita mampu menggenggamkan tangantangan kita untuk semakin mengeratkan yang
belum saling bertatap. Belum saling berjabat. Dan belum saling berjalan
beriringan. Semoga selau ada doa untukku-untukmu.
Dan akhirnya, kita pun saling menukar senyum, menukar tatap,
menukar cerita, menukar tanya, dan menukar rahasia. Aku percaya kita akan mampu
menatap bahagia dalam kehidupan yang masih kita pertahankan; perjuangkan untuk
keabadian yang begitu kita ridukan. Semoga Allah menakdirkan kita, mengumpulkan
kita dalam jannah yang dijanjikanNya. Maka, kita akan saling berdoa,
menengadahkan tangantangan kita untuk saling memberi kekuatan. Saling memberi pertahanan.
Agar kita mampu melewati kehidupan dengan penuh keberkahan. Dan kita akan
sampai pada tempat impian tanpa kepanasan atau kesakitan.
Wahai yang aku sayangi karenaNya. Semoga segala cerita akan
terus mengisi kenangan tanpa mampu dilupakan. Kau adalah yang selalu mengagumi
penciptaku. Semoga Allah selalu menjagamu, memberimu kebaikan dan
menyempurnakan kebahagiaan.
Dan semoga Allah selalu mengabulkan setiap pinta. Pintamu-pintaku.
Hal terbaik adalah ketika kita dapat dengan lapang dan kesyukuran menerima
segala hal yang hadir untuk kita. Bersama kita. Menyertai kita. Seharusnya kita
bisa terus berbahagia karena kerelaan kita menerima. Menjalani dan terus menyabarkan
diri. Karena Allah tidak akan pernah salah.
Luv u coz Allah..
Jazakillah khairon katsiran.. atas segala yang terhadirkan
dariNya, darimu; untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar