Rabu, 04 Desember 2013

Wajah Langit (2)

Ketika semua tanya hampir kujawab. Kau muncul sebagai salah satu jawab yang aku menantinya. Entah, tak pernah terpikir akan sebahagia ini. Mengenalmu meski hanya sebatas cerita dan tawa yang melekat disetiap gambar yang kita sajikan. Menjadikan pertemuan ini semacam simbolsimbol persaudaraan. Cinta itu telah terukir dalam sekali. Meski waktu baru saja pertemukan dan mengikatkan rasa sayang diantara kita. Kau, menjelma cahaya dalam waktu yang hampir menggelapkan segala sinar yang kupunya. Sinar kehidupan yang seharusnya selalu ada dalam detak yang bercerita. Dan kau adalah salah satu sinar yang menjadikanku semakin tegar dan tenang.

Telah kukatakan sejak pertama Allah perkenalkan kita; bahwa aku belum seperti apa yang terlihat dalam pandangmu. Bahwa aku masih seperti yang kukatakan padamu. Aku belum benarbenar meyakini akan mampu sepertimu. Yang telah lama, yang telah terbiasa, yang telah begitu kuat. Aku belum tahu apakah diri ini akan mampu disini. Karena kau disana telah begitu ramah dan baik. Aku rindu.

Kau begitu baik. Kau begitu sangat menghormatiku. Meski aku amat tidak pandai menyayangimu. Menyenangkanmu dalam setiap sapa yang kau suguhkan padaku. Aku selalu mengecewakan kala kau ingin berbahagia, bercerita atau sekedar tersenyum kepadaku. Dan itu kita lakukan dalam simbol kasih sayang yang semoga selalu karenaNya. 

Wahai sholehah… semoga kau selalu bercahaya. Seperti mimpiku yang belum mampu kuterjemahkan dalam diri. Belum mampu kelekatkan selalu dalam wajah yang kerap sendu mengingatmu. Aku begitu bahagia ketika kau bercerita tentang peristiwa. Tentang leluconmu dan pujianmu yang selalu membuat kuterharu. Dan doamu yang begitu membahagiakanku. Semoga aku dapat sedikit menjadi bahagiamu.

Jadilah yang selalu menyenandungkan kebaikan. Semoga kelak kita dapat bersua. Berbagi nyata dalam langkah kakikaki kita ditanah ukhuwah yang akan selalu menetaskan rindu. Rindu menyenandungkan bahagia atas anugerah terindah. Atas rasa cinta yang terlahir karenaNya. Atas rasa percaya yang hadir dihatihati kita. Adikku yang Allah lahirkanmu dari takdir udara. Semoga kelak kita mampu menggenggamkan tangantangan kita untuk semakin mengeratkan yang belum saling bertatap. Belum saling berjabat. Dan belum saling berjalan beriringan. Semoga selau ada doa untukku-untukmu.

Dan akhirnya, kita pun saling menukar senyum, menukar tatap, menukar cerita, menukar tanya, dan menukar rahasia. Aku percaya kita akan mampu menatap bahagia dalam kehidupan yang masih kita pertahankan; perjuangkan untuk keabadian yang begitu kita ridukan. Semoga Allah menakdirkan kita, mengumpulkan kita dalam jannah yang dijanjikanNya. Maka, kita akan saling berdoa, menengadahkan tangantangan kita untuk saling memberi kekuatan. Saling memberi pertahanan. Agar kita mampu melewati kehidupan dengan penuh keberkahan. Dan kita akan sampai pada tempat impian tanpa kepanasan atau kesakitan.

Wahai yang aku sayangi karenaNya. Semoga segala cerita akan terus mengisi kenangan tanpa mampu dilupakan. Kau adalah yang selalu mengagumi penciptaku. Semoga Allah selalu menjagamu, memberimu kebaikan dan menyempurnakan kebahagiaan.

Dan semoga Allah selalu mengabulkan setiap pinta. Pintamu-pintaku. Hal terbaik adalah ketika kita dapat dengan lapang dan kesyukuran menerima segala hal yang hadir untuk kita. Bersama kita. Menyertai kita. Seharusnya kita bisa terus berbahagia karena kerelaan kita menerima. Menjalani dan terus menyabarkan diri. Karena Allah tidak akan pernah salah.

Luv u coz Allah.. 

Jazakillah khairon katsiran.. atas segala yang terhadirkan dariNya, darimu; untukku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar