Rabu, 19 Desember 2012

-FF- Pelangi dalam Kanvas



“tak ada yang kuingat Tuhan, selain pelangi yang datang selepas hujan kali ini” Anto berucap pelan dalam sunyi yang belum juga pergi.

Anto, seorang pelukis sederhana yang hanya melukis pelangi. Ya, pelangi yang datang selepas hujan. Hanya itu yang dapat ia tuangkan dalam kanvas lukisnya. Sejak dua tahun lalu, kecelakan yang merenggut kedua kakinya membuatnya hanya bisa duduk dan melukis pelangi. Entah seperti apa kejadian yang menimpanya itu sehingga ia hanya mampu mengingat pelangi.

Seperti biasa, setiap pagi Anto mempersiapkan perlengkapan melukisnya. Memandang langit yang masih senyap dengan mentari yang perlahan muncul dari balik kabut. Menghirup udara pagi yang masih sunyi dan menyegarkan rongga-rongga hidungnya. Dan Anto mulai melukis. Meliuk-liukkan kuas pada kanvas, sangat mudah bagi Anto melakukannya, karena hal ini sudah menjadi candu baginya. Sehari tak melukis pelangi membuatnya kehilangan warna. Ya, kehidupan yang ia jalani seorang diri.

“Tuhan, pelangi membuatku mampu memuji-Mu dalam detakku” ucap Anto lirih.

Hari-hari Anto selau berwarna pelangi. Setiap kali matanya memandang ke langit, dibola matanya hanya ada pelangi. Pelangi yang sangat indah. Pelangi yang membuatnya tetap menjalani kehidupan dengan sederhana. Sesederhana hatinya untuk mencintai pelangi. Untuk mencintai pelukis pelangi dikeluasan langit yang tak akan pernah habis.

“mengapa kau begitu mencintai pelangi. Memandang langit berlama-lama. Padahal aku tahu, tak ada warnawarni diatas sana, yang kulihat hanya putih dan biru. Tak seperti katamu, diatas sana selalu ada bianglala warna membentuk garis lengkung, indah menghiasi langit, membuat bumi tersenyum dan gembur.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar