Sabtu, 05 Oktober 2013

Indonesiaku Hanya Satu



;kado untuk Negeriku

Negeriku yang selalu bergemuruh
Mendendangkan nyanyian mimpi-mimpi
Harapan itu selalu terpatri
Di bibir-bibir para penguasa negeri

Negeriku yang selalu menyepi
Bersemedi di jutaan hati para menteri
Akan kemana kau bawa Indonesia
Ke depan atau ke belakang?

Negeriku yang tak boleh mati
Rakyatmu selalu menanti
Memukul batu, mendongeng peri
Menyanyikan lagu merdeka pada bangsa
Menyapu peluh yang tak kunjung reda

Kemerdekaan kembali dikenang hari ini
Saat seluruh mentri dan punggawa menaikkanmu di tiang tertinggi
Mengangkat tangan tepat dikening-kening pemikir negeri
Menghitung usia yang genap enam puluh delapan tahun

Sudahkah kau bahagia Indonesia?
Atau kau bangga dengan penduduk yang berjuta mantra?

Indonesiaku hanya Satu
Penyatu tubuh yang terampas nafsu
Terserak di lubang-lubang penipu
;kembalilah pejuangku, aku siap jadi deru
Kembalikan merdekaku yang tak korbankan rakyatku.


Kau Tiada Terduga



episode#pelangi temukan warnanya
 
Bahagia atau merana, itu menjadi tidak penting lagi untuk dibicarakan. Karena ketidak terdugaan itu adalah kau. Tiba-tiba hadir mengisi harap yang telah kosong. Tersembunyi atau terjelaskan kau datang pada waktu yang tidak pernah kuduga. Dan aku bahagia; bersamamu meski seperti pendaki yang terus menaiki setiap tebing dengan kepayahan menuju surga.

Kau tiada terduga. Tentu saja, bagaimana mungkin aku menebak-nebak sketsa wajah yang belum jelas dapat kupikirkan. Ketidakterdugaan itu adalah kau; yang menjadikan segala menyempurna. Melengkapi setiap pelangi yang telah kuharap lama.

Hari ini akan menjadi masa paling mengindahkan pelangi. Rumah pelangi, taman bacaan, sanggar lukis, bbq, menulis, menanam bunga, kebun belakang, taman depan, dan warna mainan yang disebar. Serta senandung qur’an yang terus mengalun tanpa permisi.

Kau tiada terduga. Anugerah terindah itu adalah kau yang diamdiam mencintaiku dalam diam. Dalam sajak, dalam cerita, dalam pinta, dalam nada jemari yang tak pernah berhenti menulis jejak setiap kala. Ketidakterdugaan itu menjadikan warna pelengkap pelangi yang belum genap. Karena kita akan bersama menggenapkan warna dalam jalan juang dunia mengejar surga.

Senja ini, menjadi saksi bahwa kita telah bahagia; mengorbankan segala rasa untuk terus mencintaiNya. Menggantungkan setiap harap di kehendakNya yang selalu kita pinta. Dan pelangi yang telah kita susun warnanya akan selalu menebarkan cahaya pencerahan. Melalui jejak jemari yang telah kita impikan. Bahwa setiap yang ada adalah anugerah yang sangat pantas untuk disyukuri. Maka kita akan saling menjaga dalam waktu semesta selamanya. Dan terus berharap semoga selamanya itu sampai di surga. Tempat terindah dengan kilauan pelangi memesona. 70 warna itu benarbenar menanti sepasang raga dan jiwa perindu syahid. Bersama dalam payah dan perih. Bersama dalam cita tak hingga.

Allah, aku, kamu
;kita, sangat mencintaiMu. maka satukanlah dalam keridhaanMu. Maka jadikanlah dalam perintahMu.

Ketidakterdugaan itu adalah hadiah termahal dan terindah dari Tuhan. Untukku;untukmu.

5 Oktober 2013


Kamis, 03 Oktober 2013

Ini Masih Koma, Belum Titik



;teruntuk para pejuang di ladang kampusku


kunamakan ini bentangan jalan sunyi
dipenuhi duri dan luka sepi
pada diri yang rapuh, pada jiwa hampa yang kerap alpa.
langkah kita masih sama di kilometer ini...

Saudaraku...
perjalanan adalah koma dimana titiknya adalah detak kita,
denyut penyenandung dakwah meniti kala,
hingga ruh ini menemui rumah dan rebah.

Perjalanan ini hanya koma
karena surga terlalu mahal untuk sedikit perjuangan
kita melangkah untuk kebenaran yang kita percaya
kita selalu yakin setelah duka ada bahagia
sebagaimana janji atas setiap luka dan duka.

Perjalanan ini hanya koma dari begitu banyak tanda
kita akan tetap berjalan, tanpa keluh dan bosan.


Kembali Berwarna…



episode#perjalanan pelangi temukan warnanya

Setelah melewati masa paling menyedihkan. Harap itu tumbuh kembali. Bertunas dengan cepat dan ranum. Skenario Allah masih kutunggu menjemputku. Allah menjalankan segalanya. Membuat keinginan bertubi-tubi untuk mencoba kembali memaknai hal yang pernah kulalui. Menuntunku menuju kotamu. Kotaku dulu. Membuat kecemburuanku pada wanita itu yang memampukanku melangkah maju. Menyambangi keramaian untuk sekedar memperkenalkanku sebagai wanita pilihan. 

Meskipun dengan sedikit takut dan gelisah. Aku tekadkan menembus ketakutan yang tak beralaskan. Toh, nyatanya yang lain biasa saja. Menyambutku tetap sebagai kawan. Meski aku kenakan pakaian itu. Meski aku tutup sebagian dari wajahku. Aku yakin mereka orang baik, yang masih punya rasa saling menghargai. Ini pilihan.

Meski sebenarnya aku baru mencoba. Mulai latihan membiasakan diri untuk terbiasa dengan tatapan sekitar, dugaan, dan pengawasan dari banyak hal. Aku bisa menerimanya. Perlakuan semacam itu juga pernah aku lakukan terhadap mereka yang lebih dulu memulainya. 

Kini semuanya kembali berwarna. Sepertinya memang Tuhan merencanakan ini. Membuatku begitu sedih dan sakit berkepanjangan, hampir saja tak mampu lagi ku tahan luka ini. Dan lewat luka inilah yang mampu memberanikanku untuk melakukan sesuatu. Semampuku. Dan setelah semuanya berlalu. Aku merasa sangat kembali mencintaiMu. tak ada yang lain yang lebih aku butuhkan selain Engkau. ‘aku sudah punya Allah’

Kelapangan itu kembali sudi menyapaku. Aku, si pecinta pelangi kembali menegarkan duniaku. Dunia yang selalu kujadikan dongeng persahabatan dan perjuangan. Juga pertemuan rasa. Harus bisa aku jaga dengan baik. Agar tak ada lagi kecemburuan pada hati yang terlalu cepat menduga, terlalu cepat gelisah, terlalu cepat menyerah.


Agustus'13



Cerita Kita



Ketika melewati jalan pelangi
Kau gelakkan tawa tanpa tepi
Seperti hujan kau sirami aku
Bahagia itu milik kamu, aku dan kita.

Ketika mendung menggelapkan awan
Kau tutup dan simpan kenangan
Kita pasti akan sampai
Pada mimpi yang pasti menepi

Jalan ini, beramsal keyakinan
Kau, aku, kita… dan Dia
Akan mampu melukis senja
berpelangi tanpa air mata.