Rabu, 07 Mei 2014

Dear dairy (I)



Selamat senja…


Sepertinya aku sudah mulai kehabisan nyala dan tenaga, untuk dapat terus menulismu. Aku ingin berhenti. Aku mulai merasa begitu sepi dan kosong. Semuanya seolah hanya sandiwara dan kepuraan. Aku tidak benarbenar menjadi aku. Entah, dimana aku bisa begitu bahagia menjadi diriku sendiri. 

Saat ini aku selalu ingin menangis. Dan benarbenar menangis. Mengeluarkan seluruh rasa. Berharap semua dapat kembali seperti semula. Seperti bahagia yang benarbenar bahagia.

Aku tidak akan menyalahkan dia. Dia; yang telah menanam bahagia dan luka. Mungkin ini memang takdir kehidupanku di sini. Di dunia yang aku tahu bukan tempat untuk bahagia yang lama. Selalu punya waktunya. Selalu punya masanya.

“Sungguh, aku ingin benarbenar dapat melepas segalamu. Hingga tak ada yang tersisa. Bukan karena aku membencimu atau sudah terlalu bosan mengenangmu. Tapi sungguh, rasa tentangmu telah merenggut segalaku. Kumohon, pergilah; jika tidak benarbenar akan datang."

Maaf, sepertinya aku memang harus mengakhiri ini semua. Semua mimpi yang pernah kita tanam. Mimpi itu memang tumbuh, tapi tak terawat. Karena kamu tibatiba hilang dalam abjad. Mimpi itu sempat berduri dan melukaiku. Sakit sekali. Aku tidak bisa, harus sakit seperti itu lagi setiap kali mengenang tentangmu dan mimpi.

Aku ingin tenang-aku ingin damai.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar