Benar, ini memang sebuah kesalahan. Tapi bukan untuk
disalahkan. Bukan untuk dihukum atau dikucilkan. Tapi untuk lebih disadarkan
tanpa ada luka atau terluka. Sudah cukup kerapuhan yang melupakan segala.
Menjadi yang lain untuk berlari sejauh mimpi.
Aku tahu, sungguh sangat tahu. Mungkin ini memang suatu
kesalahan. Menulismu dalam dekap ukhuwah yang terus kugenggam. Sampai aku
benar-benar lelah. Lelah karena yang kugenggam hanyalah angan. Tapi semua sudah
begitu erat. Seolah memang genggaman itu tak mungkin lagi dapat kubuka.
Melepaskanmu adalah perjuangan panjang yang harus siap beriring air mata dan
kedukaan.
Hanya menulismu. Itu sudah membuatku sedikit lega yang tanpa
kusadari hanyalah menanam luka dalam-dalam. Sangat dalam karena tak mungkin
lagi dapat kutuntaskan. Kukubur atau kubuang jauh-jauh. Sia-sia, aku tak
benar-benar ingin berhenti menulis(mu).
Melupakanmu. Hanyalah agenda mulutku untuk terucap kepada
dunia. Agar semua tenang dan tak perlu lagi memikirkan segala gundah yang ada.
Atau diksi-diksi yang semakin tak berarah. Karena menulis
(mu) sama halnya
menanam bahagia sekaligus luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar