Rabu, 07 Mei 2014

Teruntuk yang membuatku ingin sepertimu



#kembali mengenangmu, yang telah lebih dulu dalam segala daripadaku; semoga bahagia selalu.

Dulu sekali, sekitar empat tahun yang lalu. Saat aku baru mulai mengenalmu. Di sebuah sekolah yang menjadi tempatku mempraktekkan ilmuku yang baru bertunas. Kau, telah banyak memberiku pengajaran. Ilmu dan akhlak, cita-cita dan kerja. Tujuan dan mimpi. Tentang usaha, tentang pengorbanan. Kau mampu membuatku ingin sepertimu.
“pahlawan tanpa tanda jasa”

Aku tahu, kau enggan bercanda denganku. Karena aku tahu kau ingin aku menekuni upaya dengan sesungguhnya. Kau ingin aku menjadi lebih baik dari yang lain. Bahkan setiap hari kau selalu membersamaiku untuk memberikan penjelasan pada anak-anakmu, masa depanmu.

Kau; kepadaku adalah sosok yang tak banyak bicara. Bahkan memanggil namaku saja tak sesering mungkin. Kau amat sangat disiplin. Rajin dan taat pada Rabbmu. Saat aku telat membersamaimu masuk dalam ruang pembelajaran. Kau tak bicara, hanya mengisyaratkan agar aku membantumu, membagikan soalsoal ulangan harian anak-anakmu. Aku yang baru mengenalmu, berusaha mengeja setiap gerakmu, katakatamu, dan membaca tulisantulisanmu.

Ya, Kau yang selalu menuliskan tentangku disetiap pelajaranku berakhir. Kau diam dibangku paling belakang, dan aku terus gemetar dalam penjelasan. Tapi ternyata kini aku sangat amat merindumu. Dan setiap ‘surat’mu atas kerjaku setiap harinya selalu kubaca sepulang sekolah, kusimpan dan kuamalkan. Semampuku kulaksanakan amanatmu dalam tulisan; karena kau terlalu menghormatiku. Mungkin itu sangkaku kepadamu; teladan, guru, dan ayah.

Setiap coretanmu menyuguhkan arti perhatianmu yang begitu istimewa. Untukku yang mungkin berbeda kau sikapi. Tapi aku tahu; dalam diammu, doadoa semoga terijabah dan selalu terkabulkan untukku-untukmu. Setiap pandangku kepadamu adalah kesempatan istimewa. Tuturmu adalah pelajaran berharga yang sulit untuk kulewatkan. Bahkan sesekali aku sengaja menyuruhmu dan ingin melihatmu sebagai pahlawan itu. Pahlawan yang kubanggakan. Kau; sangat istimewa bagiku, bagi anakanak itu, dan bagi semua.

Dan kini, kabar itu terlalu benar untuk kuelakkan. Tak seperti tahuntahun yang lalu. Kabar itu dapat terelakkan karena takdirNya belumlah menutup duniamu. Tapi kini, semua terlalu nyata dan menyakitkan untukku, mungkin juga untuk semua yang mengenalmu. Kau; begitu baik pak. Tapi aku bisa berbahagia, karena doadoa kembali bergemuruh untukmu. Doadoamu menari nari dan bersiap membawamu ke surgaNya. Karena yang kutahu kau selalu mendoakanku; menjadi wanita yang solehah. Jazakallah pak, semoga kau dapat terus mendoakanku, saat kau begitu dekat denganNya.

“maaf, aku tak melaksanakan inginmu. Karena waktu terlalu menekanku untuk cepat menyelesaikan studiku. Jadi aku urung untuk merubah judul buku tebal itu. Semoga kau tak menagihku ya pak.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar