Izinkan aku menulis
puisi (1)
Reretak tanah kemarau kering
Rerimbun daun berayun
Riuh gemuruh guruh
Kilau melukis sore
Cahaya di sesela daun
Liuk sayap burung
Berkas membekas batas
Resah selusupi hati yang sendiri
Ranting kering
Tangis sela daunan
Kelupas kulit pohonan kaku
Kering rumput enggan mati
Berisik bisik mekar anggrek tiga warna
Riang sejuta rasa sejuta makna
Ujung jalan suatu sore
Izinkan aku menulis
puisi (2)
Biar kuisi waktu sendiri,
Waktu kau pergi
Waktu kau tak di sini
Saat mereka mencaci
Saat mereka mencari
Saat mereka
mengataiku banci
Kalau mereka mundur
Kalau mereka hancur
Kalau mereka
akhirnya melacur
Izinkan aku menulis
puisi (3)
Sewaktu ibu tak mau jadi ibu
Sewaktu bapak tak mau jadi bapak
Sehingga bayi tak sempat menjadi bayi
Izinkan aku menulis
puisi (4)
Setiap kali kurasakan kau menahan perih
Saat terkadang kutahu rindu
Ketika kusadar kau sungguh cinta
Izinkan aku menulis
puisi (5)
Izinkan aku, Bunda.
Desember-Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar