Kamis, 28 November 2013

Wajah langit (1)



Udara ini tak pernah memintaku untuk terus menghirupnya. Memasukkan dalamdalam ke tubuhku. Mengalirkan darah yang membuatku mampu melangkah. Aku pun tak pernah sengaja melakukannya. Semua begitu pada mulanya. Aku ada dan udara pun ada. Tak pernah ada yang meminta untuk dapat saling melengkapi. Atau diuntungkan. Tapi ketiadaannya akan membuatku kehabisan waktu. Untuk menatap dunia lebih lama. 

Dan kamu, salah satu wajah langit itu. Wajah yang dengan keluasanmu memancarkan cahaya persahabatan. Cahaya yang dulu akupun tak pernah membayangnya. Bahkan pertemuan pun menjadi misteri yang kini nyata. Nyata untuk kita perlihatkan pada dunia. Kaulah mahluk yang ditakdirkan untuk bersama. Bersamaku dalam jalan yang masih panjang. Jalan menujuNya.

Maaf, atas segala yang masih luka. Segala yang masih rahasia. Inilah persembahan yang masih terus aku mampukan. Akan kukuras habis hal terbaik yang ada. Yang Dia takdirkan padaku. Untukmu, wajah langit itu.

Senyum itu. Senyum yang selalu kau hadirkan dalam segala. Selalu menguatkanku untuk terus bertahan. Memampukan langkah ke masa depan. Bahwa aku, pantas untuk menjadi yang terbaik. Dan itu kamu, pengiring dan alarm jejak pelangi. Tak akan mampu mengulang yang telah terlewat. Bahagiaku, bahagiamu.

Bukan. Bukan hanya kamu yang membutuhkan ini. Aku pun sama. Inilah hal yang tak pernah kita duga. Keterikatan hati karenaNya. Apakah kita pernah berdoa akan dipertemukan? Tentu tidak bukan? Karena mulanya pun kita tak saling mengenal. Jadi, ini adalah sebuah anugerah. Dan takdir untuk kita saling mengenal. Saling membahagia dan membagi rata luka. Luka yang tersisa dari malam panjang bergerimis itu.

Jadi, jangan lagi berkata bahwa kita tak saling membutuhkan. Karena kita akan tetap membersamai jalan ini. Jalan pelangi. Jalan para pendahulu yang telah menyempurnakan bahagia. Dan kita pun akan tetap memampukan hati dan menguatkan kaki untuk terus menuju masa itu. Masa bahwa kita akan diuji. Masa bahwa kita akan memilih atau terpilih. Masa bahwa kita adalah sang ratu batari. Batari dari dunia yang telah menjadi pemenang. Batari yang telah menguatkan diri menjaga kehormatan dan kemuliaan. Batari yang terus beribadah dan berpuasa. Batari yang mengulurkan pengorbanan jiwa-raga. Untuk yang mencipta segala. Batari dunia yang terpilih. Dan itu kamu-aku.

Beri aku tak hingga alasan untuk tetap menjemput surga. Maka akan kuberikan segala kebaikan yang tertitip dariNya. Untukmu; wajah langit itu.  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar